Sebagai umat Islam kita harus memiliki rasa ingin tahu yang tinggi terhadap sejarah peradaban Islam, khususnya di jaman Nabi Muahammad SAW. Pada saat bula Ramadhan di jaman Nabi Muhammad SAW, Ia memerintahkan kepada para sahabat untuk menghidupkan malam di bulan Ramadhan. Hal ini sekaligus menjawab bahwa, Sholat tarawih sebenarnya tidak memiliki perintah khusus dari Allah SWT dan Rasul-Nya. Tetapi, seperti yang saya katakana tadi bahwa para sahabat diperintahkan untuk menghidupkan suasana malam di bulan suci Ramadhan.
Ustadz Ahmad Zarkasih mengungkapkan bahwa, hasilnya, para sahabat ketika itu menjalankan apa yang diperintahkan oleh Rasulullah SAW, dengan format yang tidak teratur dan terkomando dengan runtutan yang sama. Sebagian dari para sahaat melakukan shalat tarawaih dirumah, dan sebagian lainnya melakukannya di Masjid Nabawi.
Hal itu juga yang menyebabkan bahwa disetiap masjid di Indonesia, terdapat perbedaan raka’at ketika menjalankan ibadah shalat tarawih. Hal itu juga terjadi karena ibdahan yang tidak terkomando langsung oleh Rasulullah SAW. Ustadz Ahmad Zarkasih juga mengatakan bahwa, yang berjamaah pun berbeda-beda jumlahnya, ada yang berjamaah dengan lima orang, ada pula yang berenam, atau bahkan lebih sedikit dari itu sesuai dengan bacaan siapa yang mereka suka, maka imam itulah yang mereka ikuti.
Memang ibadah shalat tarawih tidak terstruktur secara merata, tidak seperti shalat-shalat wajib dan Sunnah. Wajar saja, karena Rasulullah sendiri tidak memerintahkan shalat tarawih, namun shalat tarawih terbukti dapat menghidupkan malam di bulan suci Ramadhan. Para sahabat sendiri hanya menjalankan dan merespon apa yang diperintahkan Rasulullah terkait dengan menghidupkan malam di bulan suci Ramadhan.
Saat itu pula Nabi Muhammad SAW tidak lantas melakukan shalat di Masjid Nabawi, karena Nabi Muhammad memilih shalat di rumahnya. Jika saja saat itu Nabi Muhammad SAW shalat di Masjid Nabawi, niscaya seluruh sahabat yang berada di dalamnya akan meminta Rasulullah SAW untuk menjadi imam shalat mereka. Karena tidak ada Imam yang lebih baik ketimbang Rasulullah SAW.
Seperti perkataan Sayyidah ‘Aisyah RA, beliau berkata. “Orang-orang melaksanakan shalat di masjid Rasulullah SAW di malam-malam Ramadhan itu berpisah-pisah. Mereka mengikuti orang yang memiliki hafala Qur’an untuk dijadikan imam shalatnya. Ada yang berjamaah dengan 5 orang, ada pula yang berenam, atau lebih sedikit atau bahkan lebih banyak dari itu. (HR. Ahmad).
Hadits tersebut juga membuktikan sekaligus menjawab pertanyaan Muslim di Indonesia terkait dengan perbedaan raka’at. Ada yang berkata lebih banyak lebih baik, ada pula yang berkata sedikit raka’at asal khusyu dan macam-macam. Sebenarnya shalat tarawaih baik dilakukan dengan mencontoh shalatnya para sahabat, karena bagaimanapun para sahabat lah yang pertama kali menjalankan ibadah shalat tarawih saat itu.
Suda sepatutnya kita tidak memperdebatkan hal kecil, shalat dimanapun asal sesuai dengan tuntunan Qur’an dan Sunnah, maka itu tidak masalah. Sebaiknya kita jangan pernah merasa lebih baik dari siapapun karena sejatinya hanya Allah SWT lah yang mengetahui isi hati umatnya. Terkait dengan itu pun para sahabat tidak pernah menyalahkan siapa yang melakukan shalat tarawih di masjid dan siapa yang shalat tarawih di rumah. Yang terpenting adalah melakukan semua rukun rukunnya termasuk juga niat sholat tarawih.
Mungkin itu saja beberapa informasi yang dapat kami sampaikan seputar suasana bulan suci Ramadhan di jaman Rasulullah SAW. Semoga informasi di atas dapat bermanfaat dan menambah wawasan kalian.